Senin, 11 Maret 2013

MUHAMMAD & AL-QUR’AN DALAM KACA MATA ORIENTALIS BARAT

Para orientalis berpendapat bahwa al-Quran dipengaruhi dan diwarnai oleh kosa kata dan ajaran Yahudi-Kristen. Orang pertama yang mengatakan bahawa al-Quran banyak dipengaruhi oleh ajaran Yahudi adalah Abraham Geiger, (1810-1874). Ia adalah seorang intelektual, Rabi dan tokoh sekaligus pendiri Yahudi liberal di Jerman. Saat itu, Geiger mengikuti kompetisi ujian masuk unniveritas Bonn pada tahun 1832 dengan menulis sebuah essay dalam bahasa Latin. Essai Geiger kemudian diseleksi oleh Prof. Georg B. F. Freytag dari fakultas Oriental Studies Unniversitas Bonn. Hasilnya Geiger mendapatkan hadiah dari hasil tulisannya itu, padahal umurnya baru mencapai 22 tahun.
Pada tahun 1883 tulisan itu pun di terbitkan kedalam bahasa Jerman dengan judul Was Hat Mohammed Aus Dem Judenthume Aufgenommen? Artinya apa yang Muhammad pinjam dari Yahudi ? Dalam essay tersebut Geiger menyimpulkan kosa kata Ibrani banyak terdapat dan berpengaruh dalam al-Quran. Seperti kata-kata, Tabut, Taurot, Jannatu Adn, Jahannam, Ahbar, Darasa, Robani, Sabt, Taghut, Furqon, Ma’un, Mathani, Malakut adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Ibrani. Selain itu, Geiger juga berpendapat bahwa al-Quran terpengaruh oleh ajaran-ajaran Yahudi ketika mengemukakan :
 Hal-hal yang menyangkut keimanan dan doktrin.
 Peraturan-peraturan hukum dan moral.
 Pandangan tentang kehidupan.
Selain itu Geiger berpendapat cerita-cerita yang ada dalam sejarah pun tidak lepas dari pengaruh agama Yahudi. Mengenai ayat-ayat yang mengecam doktrin atau ajaran Yahudi, Geiger berpendapat bahwa Muhammad telah menyimpang dan salah mengerti terhadap doktrin-doktrin agama Yahudi.
Teori dan pengaruh yang dikemukakan oleh Geiger dikembangkan lagi oleh orientalis lainnya. Theodor Noldeke, seorang pendeta Nasrani dari Jerman yang memuji, memuja serta mengamini segala pemikiranm Geiger. Noldeke menyatakan “ Kita mneginginkan, misalnya klaisifikasi dan diskusi yang komprenhensif mengenai segala elemen Yahudi di dalam al-Quran, permulaan untuk menggalakkan itu telah dibuat oleh Geiger pada usia muda dalam essainya “Apa yang telah dipinjam Muhammad dari Yahudi” ?”
Dengan menjadikan Bible sebagai alat ukur untuk menilai al-Quran, Noldeke berpendapat bahwa Muhammad telah menulis atau mengarang al-Quran. Noldeke mengkritik isi karangan Muhammad yang mengandung kesalahan-kesalahan fatal karena Muhammad salah dalam mengidentifikasinya. Noldeke berpendapat bahwa orang Yahudi tolol pun tidak akan melakukan kesalahan seperti yang telah dilakukan Muhammad. Kesalahan Muhammad salah satunya adalah mengenggap Haman itu adalah menterinya Firaun, padahal Haman adalah mentrinya Ahasuerus. Muhammad juga salah ketika menganggap bahwa Maryam, saudara perempuan Musa dengan Maryam ibunya Isa as.
Noldeke menyatakan “ The most ignorant Jew could never have mistaken Haman ( the minister of Ahaseourus ) for the mistaken of pharaoh, or identified Miriam the sister of moses with mary (=miriram ) the mother of crist.” Selain itu Noldeke mengatakan bahwa Muhammad bodoh tentang geografi Mesir. Muhammad bodoh karena mengatakan bahwa tanah mesir subur karena hujan. Padahal hujan sangat jarang sekali turun di Mesir. Menurut Noldeke, kesuburan tanah Mesir itu disebabkan air dari sungai Nil yang melimpah ruah.
Meneruskan kritiknya, Noldeke menyalahkan Muhammad yang telah mengisahkan cerita aneh tentang Zulkarnaen (Alexander the great). Padahal sebenarnya, kisah aneh tersebut berasal dari seorang Syiria yang ditulis pada awal abad ke-6. Selain itu ia berkata bahwa sumber utama Muhammad adalah orang-orang Yahudi. Pengaruh Kristen terhadap al-Quran sedikit. Kata Noldeke Muhammad itu bukanlah orang yang buta huruf dan tidak bisa baca tulis. Selain itu Noldeke mengatakan “He applies Aramaic expressions incorrectly.” Kata furqon misalnya, sebenarnya bermakna penebusan (redemption), namun bagi Muhammad disebut dalam bahasa Arab bermakna wahyu (revelation). Millah, sepatutnya bermakna kata (word), namun dalam al-Quran berati agama (religion).
Cara Noldeke yang menggunakan Bible untuk mengukur kebenaran al-Quran sangat keliru sekali. Jika pendapatnya diikuti maka apa saja yang ada didalam al-Quran akan keliru semua, dan kemudian bertentangan dengan Bible. Jika telah bertentangan dengan Bible maka al-Quran yang disalahkan. Padahal al-Quran kalam Ilahi yang datang untuk menyalahkan dan menentang dokrin-doktrin Bible. Hasilnya al-Quran salah, karena telah mengingkari penyaliban Yesus, menyangkal ketuhanan Yesus dan kritik terhadap ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen dan lain sebagainya.
Semua kaum muslimin dari dulu hingga sekarang sepakat bahwa Nabi Isa tidak mati di tiang Salib, namun telah diangkat oleh Allah kelangit. Sedangkan dikalangan Kristen sendiri dari dulu, sekarang bahkan nanti akan selalu berbeda pendapat tentang kematian dan penyaliban Yesus. Jadi keyakinan kaum muslimin jauh lebih kokoh. Berbeda dengan kaum Kristen yang telah , sedang dan akan mengalami berbagai ketidaksepakatan sekali pun dalam prinsip-prinsip yang mendasar, apalagi mengenai satus kitab Bible yang telah lama diragukan keasliannya oleh kalangan Kristen sendiri.
Pendapat Noldeke yang menyatakan bahwa Muhammad lebih tolol dari orang Yahudi yang paling tolol karena mengatakan Haman adalah menteri Firaun tidaklah tepat. Noldeke sendiri tidak bisa memberikan bukti jika Haman itu bukalah menteri Firaun. Noldeke juga idak tepat ketika meyetakan bahwa al-Quran menganggap Maryam adalah saudara Musa. Dalam al-Quran Maryam (ibunya Isa as) adalah saudarnya Harun (ukht harun) (surat Maryam: 19:28). Perjanjian Baru menyebutkan bahwa Elizabeth adalah istri Zakaryya sekaligus ibu Johanes (Yahya) pembaptis. Elizabeth adalah keluarga Maryam. Elizabeth berasal dari keturunan Harun. Jadi maryam dan Elizabeth adah “saudar perempuan” Harun atau anak perempuan Imron (ayah Harun). Mengenai geografi Mesir yang bertanah subur karena air sungai Nil yang melimpah, air itu melimpah juga karena air hujan. Selain itu, Noldeke juga tidak bisa membuktikan bahwa di zaman Nabi Yusuf hujan jarang sekali turun , Noldeke tidak bisa memberikan bukti berlanjut mengenai hal itu.
Hartwig Hirscfeld (1934), seorang Yahudi Jerman kelahiran Prussia, menegaskan pengaruh Bible kepada kepada al-Quran begitu erat. Bahkan dengan bahasa vulgar, hirschfeld mengatakan, ”Kitab kuno (bible dalam bahsa ibrani) itulah yang berbicara melalui mulut Muhammad.” Sebelum menjadi Nabi, Muhammad telah menjalani kursus pelatihan Bible (a course of biblical training). Tetapi kursus tersebut tidak berjalan secara sistematis karena ia tidak mengikuti instruksi para guru dengan teratur. Muhammad lebih banyak otodidak dan hasilnya al-Quran menghianati Bible. Hirschfeld mengatakan;“ The Quran thus betrays biblical coloring even in those portions, in which Muhammad expressed views which were undoubtedly original, or when he promulgated laws, which grew out of the incidents of the day.”
Charles Cutley Torrey (1956), yang mendapat gelar doktor di Strasbourg dalam bukunya The Jewish Foundation of Islam yang diterbitkan pada tahun 1933, menegaskan ide-ide Muhammad bukanlah hasil penemuannya sendiri, tetapi hasil dari pergaulannya dengan Yahudi Mekkah dan kemungkinan pergaulannyua dengan orang-orang Kristen. Torrey yang pernah menjabat sebagai President Of The American Oriental Society ketika Perang Dunia I meledak, berpendapat bahwa Muhammad menerima materi keimanan yang baru dari Yahudi yang tinggal di tanah Hijaz. Al-Quran yang merupakan karya Muhammad (his own creation) banyak memuat tentang sejarah Yahudi, legenda-legenda Yahudi, hukum-hukum Yahudi yang pada akhirnya Islam adalah keimanan Ibrahim dan Musa.
Kandungan al-Quran yang mengecam ajaran Yahudi dan Kristen seperti itu jelas akan menuai reaksi balik yang sepanjang masa. Seorang kaisar Byzantium, Leo III (717-741), misalnya telah menuduh al-Hajjaj ibn Yusuf al-Tsaqafi, seorang gubernur dizaman kholifah Abdul Malik ibn Marwan (684-704 m) telah mengubah al-Quran. Peter pendeta di Maimuna pada tahun 743 menyebut Muhammad adalah nabi palsu. Yahya al-Damasyqi atau dikenal sebagai John of Damasqus (750 m) juga menulis dalam bahasa Yunani Kuno kepada kalangan Kristen ortodoks bahawa Islam mengajarkan anti-Kristus. Ia berpendapat bahwa Muhammad adalah penipu kepada orang Arab yang bodoh. Dengan liciknya, katanya, Muhammad bisa mengawini Khodijah sehingga mendapatkan kekayaan dan kesenangan. Dengan cerdasnya, Muhammad menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika menerima wahyu dari Jibril. Muhammad memiliki hobi perang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan.
Seirama dengan John of Damasqus, Pastor Bede dari Inggris (673-735) berpendapat, Muhammad adalah seorang manusia padang pasir yang liar (a wild man of desert). Bede menggambarkan Muhammad sebagai orang kasar, cinta perang dan biadab, buta huruf, berstatus sosial rendah, bodoh tentang dogma Kristen dan tamak kekuasaan, sehingga ia menjadi penguasa dan mengklaim dirinya adalah Nabi. Sikap menghina pribadi Rosulullah berlanjut hingga zaman pertengahan Barat. Pada saat itu Nabi disebut sebagai Mahound atau juga Mahoun, Mahun, Mahomet, didalam bahasa Prancis Mahon, di dalam bahasa Jerman Machmet, yang bersinonim dengan kata Setan, Berhala. Jadi Muhammad bukan sebagai Nabi. Lebih dari itu ia merupakan penyembah berhala yang disembah oang-orang Arab yang bodoh.
Pada zaman kelahiran kembali (renaissance) Barat dan zaman reformasi (reformation) Barat, pencitraan buruk atas pribadi Muhammad terus berlanjut. Marlowes Tamburlaine menuduh al-Quran sebagai karya setan, Martin Luther menganggap Muhammad sebagai orang jahat dan mengutuknya sebagai anak setan. Pada zaman pencerahan Barat, Volaire mengaggap Muhammad sebagai fanatik, ekstremis dan pendusta yang paling canggih. Biografi Rosulullah saw beserta al-Quran terus menjadi target. Snocuk Hurgronje mengatakan; “Pada zaman skeptik kita ini, sangat sedikit sekali yang diatas kritik dan suatu hari nanti kita mungkin mengharapkan untuk mendengarkan bahwa Muhammad tidak pernah ada.”
Harapan Hurgronje itu selanjutnya menjadi kenyataan dalam pemikiran Klimovich yang menulis sebuah artikel yang diterbitkan pada tahun 1930 dengan judul “Did Muhammad exist” ? Dalam artikel tersebut, Klimovich menyimpulkan bahwa semua sumber informasi tentang kehidupan Muhammad adalah bualan belaka. Muhammad adalah “Fiksi yang wajib” karena selalu ada asumsi “Setiap agama harus mempunyai pendiri”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar